Kondisi krisis keuangan global yang tidak diketahaui kapan
ujungnya, secara perlahan dan pasti memberikan dampak negatif terhadap kinerja
perekonomian Indonesia. Tekanan pasar mulai dirasakan secara riil dalam
beberapa bulan terakhir yang ditandai dengan defisit perdagangan yang semakin
melebar. Krisis ekonomi global semakin nyata dirasakan di Tanah Air dengan
ditunjukkan terus menipisnya nilai ekspor yang didominasi komoditas utama.
Masih belum pulihnya perekonomian sejumlah negara yang
terletak di dua kawasan raksasa ekonomi, yakni Amerika Serikat dan Eropa,
merupakan tantangan berat bagi kegiatan ekspor di Tanah Air. Belum lagi seperti
China dan India yang mulai mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi.
Nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari - September 2012
mencapai US$ 143,00 miliar atau turun 6,06 persen dibanding periode yang sama
tahun 2011.
Sebaliknya, selama Januari–September 2012 nilai impor Indonesia mencapai US$ 141,97 miliar atau meningkat 9,18 persen jika dibanding impor periode yang sama tahun sebelumnya (US$130,03 miliar).
Turunnya nilai eskpor ini membuat surplus yang didapat Indonesia selama 9 bulan di 2012 hanya sebesar US$ 1, 03 miliar. Relatif kecil karena menurunnya daya saing ekspor dan makin tergantungnya Indonesia pada bahan impor.
Khusus pada bulan September, nilai ekspor Indonesia September 2012 mencapai US$ 15,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 13,21 persen dibanding ekspor Agustus 2012
Sedangkan nilai impor Indonesia di bulan September saja sebesar US$ 15,35 miliar atau naik 11,12 persen dibanding impor Agustus 2012 yang besarnya US$ 13,81 miliar.
Sebaliknya, selama Januari–September 2012 nilai impor Indonesia mencapai US$ 141,97 miliar atau meningkat 9,18 persen jika dibanding impor periode yang sama tahun sebelumnya (US$130,03 miliar).
Turunnya nilai eskpor ini membuat surplus yang didapat Indonesia selama 9 bulan di 2012 hanya sebesar US$ 1, 03 miliar. Relatif kecil karena menurunnya daya saing ekspor dan makin tergantungnya Indonesia pada bahan impor.
Khusus pada bulan September, nilai ekspor Indonesia September 2012 mencapai US$ 15,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 13,21 persen dibanding ekspor Agustus 2012
Sedangkan nilai impor Indonesia di bulan September saja sebesar US$ 15,35 miliar atau naik 11,12 persen dibanding impor Agustus 2012 yang besarnya US$ 13,81 miliar.
Seperti yang terjadi di Sulsel, Neraca
perdagangan luar negeri Sulsel kembali defisit. Nilai ekspor turun, sementara
impor komoditas mengalami peningkatan. Ini menunjukkan lawatan pemerintah daerah
ke sejumlah negara potensial untuk diversifikasi tujuan ekspor belum membuahkan
hasil.
Badan Pusat Statistis (BPS) Sulsel
mencatat, nilai ekspor daerah ini, mencapai USD125,51 juta pada Agustus tahun
ini, menurun 11,94 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan nilai
impor naik kini mencapai USD189,10 juta atau meningkat 127,20 persen
dibandingkan Juli 2012 yang hanya mencapai USD83,23 juta.
Penurunan ekspor ini, terjadi akibat merosotnya harga komoditas
ekspor utama Indonesia di pasar internasional, seperti batu bara turun 19,0
persen, palm oil 8,2 persen, palmkernel oil 33,6 persen, udang 18,8 persen,
karet 30,5 persen, dan barang tambang selain batu bara turun rata-rata 22,3
persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, nilai importasi sepanjang periode Januari-Juli
2012 jumlahnya mencapai 112,8 miliar dollar AS atau meningkat 13 persen
dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau (YoY). Impor nonmigas pada
periode tersebut mencapai 88,56 miliar dollar AS atau naik 15,5 persen
dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Sementara impor migas mencapai
24,2 miliar dollar AS naik 4,9 persen.
Walaupun tren neraca perdagangan melemah, ,menurut Gita
Wirjawan Menteri Perdagangan pemerintah tidak tinggal diam. Kemendag bakal
berupaya agar neraca perdagangan tetap bertahan surplus dalam perhitungan
hingga akhir tahun. Untuk menggenjot kinerja ekspor, pemerintah telah
merencankan berbagai kegiatan, salah satunya, melakukan promosi untuk
meningkatkan rasio branding, promosi ekspor ke negara-negara emerging market.
Saya setuju dengan pendapat Menteri Perdagangan. Pemerintah
tidak akan tinggal diam, apapun akan dilakukan pemerintah demi agar ekspor
tidak menurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar