Cari Blog Ini

Jumat, 16 November 2012

Mengapa Bisa Terjadi ? Impor Menurun Tapi Ekspor Meningkat

sumber gambar: http://www.tribunnews.com/2012/09/12/pembuatan-dokumen-ekspor-selesai-30-menit



Kondisi krisis keuangan global yang tidak diketahaui kapan ujungnya, secara perlahan dan pasti memberikan dampak negatif terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Tekanan pasar mulai dirasakan secara riil dalam beberapa bulan terakhir yang ditandai dengan defisit perdagangan yang semakin melebar. Krisis ekonomi global semakin nyata dirasakan di Tanah Air dengan ditunjukkan terus menipisnya nilai ekspor yang didominasi komoditas utama.

Masih belum pulihnya perekonomian sejumlah negara yang terletak di dua kawasan raksasa ekonomi, yakni Amerika Serikat dan Eropa, merupakan tantangan berat bagi kegiatan ekspor di Tanah Air. Belum lagi seperti China dan India yang mulai mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi.
Nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari - September 2012 mencapai US$ 143,00 miliar atau turun 6,06 persen dibanding periode yang sama tahun 2011.

Sebaliknya, selama Januari–September 2012 nilai impor Indonesia mencapai US$ 141,97 miliar atau meningkat 9,18 persen jika dibanding impor periode yang sama tahun sebelumnya (US$130,03 miliar).

Turunnya nilai eskpor ini membuat surplus yang didapat Indonesia selama 9 bulan di 2012 hanya sebesar US$ 1, 03 miliar. Relatif kecil karena menurunnya daya saing ekspor dan makin tergantungnya Indonesia pada bahan impor.

Khusus pada bulan September, nilai ekspor Indonesia September 2012 mencapai US$ 15,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 13,21 persen dibanding ekspor Agustus 2012

Sedangkan nilai impor Indonesia di bulan September saja sebesar US$ 15,35 miliar atau naik 11,12 persen dibanding impor Agustus 2012 yang besarnya US$ 13,81 miliar.

Seperti yang terjadi di Sulsel, Neraca perdagangan luar negeri Sulsel kembali defisit. Nilai ekspor turun, sementara impor komoditas mengalami peningkatan. Ini menunjukkan lawatan pemerintah daerah ke sejumlah negara potensial untuk diversifikasi tujuan ekspor belum membuahkan hasil.

Badan Pusat Statistis (BPS) Sulsel mencatat, nilai ekspor daerah ini, mencapai USD125,51 juta pada Agustus tahun ini, menurun 11,94 persen  dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan nilai impor naik kini mencapai USD189,10 juta atau meningkat 127,20 persen dibandingkan Juli 2012 yang hanya mencapai USD83,23 juta.

Penurunan ekspor ini,  terjadi akibat merosotnya harga komoditas ekspor utama Indonesia di pasar internasional, seperti batu bara turun 19,0 persen, palm oil 8,2 persen, palmkernel oil 33,6 persen, udang 18,8 persen, karet 30,5 persen, dan barang tambang selain batu bara turun rata-rata 22,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Di sisi lain, nilai importasi sepanjang periode Januari-Juli 2012 jumlahnya mencapai 112,8 miliar dollar AS atau meningkat 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau (YoY). Impor nonmigas pada periode tersebut mencapai 88,56 miliar dollar AS atau naik 15,5 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Sementara impor migas mencapai 24,2 miliar dollar AS naik 4,9 persen.

Walaupun tren neraca perdagangan melemah, ,menurut Gita Wirjawan Menteri Perdagangan pemerintah tidak tinggal diam. Kemendag bakal berupaya agar neraca perdagangan tetap bertahan surplus dalam perhitungan hingga akhir tahun. Untuk menggenjot kinerja ekspor, pemerintah telah merencankan berbagai kegiatan, salah satunya, melakukan promosi untuk meningkatkan rasio branding, promosi ekspor ke negara-negara emerging market.

Saya setuju dengan pendapat Menteri Perdagangan. Pemerintah tidak akan tinggal diam, apapun akan dilakukan pemerintah demi agar ekspor tidak menurun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar