Menuju Perubahan Anggaran Yang Lebih Baik
Sekitar seminggu
yang lalu saya melihat suatu acara ditelevisi yang memberitakan tentang
beredarnya video di You Tube yang
berisikan rapat antara Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau
yang lebih populer disebut Ahok dengan birokrasi dari Dinas Pekerjaan Umum DKI.
Video tersebut berdurasi 1 jam 23 menit
itu diberi judul '08 Nov 2012 Wagub Bpk. Basuki T. Purnama Menerima Paparan
Dinas Perhubungan'.
Dalam rapat
tersebut, Ahok dilapori biaya pembuatan jembatan penyeberangan orang (JPO) Rp
14 juta/meter persegi. Salah satu pejabat Kadishub menerangkan biaya itu
merupakan hasil penelusuran dirinya ke sejumlah toko material.
Ahok berharap
angka itu masih bisa direvisi kembali. Pasalnya sebagai anak dari seorang
kontraktor, Ahok tahu betul 'permainan' soal harga. Ahok kemudian menceritakan
pengalamannya saat masih kecil. Waktu itu di Belitung Timur, ada proyek
pengerjaan jembatan selebar 4 meter. Anggaran dari Dinas PU setempat saat itu
sekitar Rp 180 jutaan. Namun ayah Ahok justru memberitahu anggaran yang
dihabiskan hanya Rp 30 juta.
Dengan spesifikasi
yang sama, ayah Ahok nekat membuat jembatan dengan anggaran cuma Rp 30 juta.
Setelah jadi, jembatan itu sama-sama bisa dilalui oleh mobil dengan berat
berton-ton. "Akhirnya bapak saya disingkirin," jelas Ahok.
Kisah lainnya,
saat hendak membuat dermaga. Dengan uang yang sudah dianggarkan, pembangunan
dermaga bisa dengan pondasi semen. Namun pemerintah setempat justru membuat
dengan pondasi kayu.
"Bapak saya pakai semen. Ini duit bisa pakai semen. Yah bapak saya bikin pakai semen. Ya marah bupatinya," tutur Ahok.
"Lo kalau kelebihan duit bagi ke saya dong," ujar Ahok menirukan ucapan bupati kepada ayahnya.
Atas pengalaman itu, sang ayah berpesan agar Ahok bisa menjadi seorang kepala daerah. Harapannya supaya bisa memperbaiki keadaan. Ahok kemudian menjadi Bupati Belitung Timur, lalu anggota DPR dan kini Wagub DKI Jakarta.
"Bapak saya pakai semen. Ini duit bisa pakai semen. Yah bapak saya bikin pakai semen. Ya marah bupatinya," tutur Ahok.
"Lo kalau kelebihan duit bagi ke saya dong," ujar Ahok menirukan ucapan bupati kepada ayahnya.
Atas pengalaman itu, sang ayah berpesan agar Ahok bisa menjadi seorang kepala daerah. Harapannya supaya bisa memperbaiki keadaan. Ahok kemudian menjadi Bupati Belitung Timur, lalu anggota DPR dan kini Wagub DKI Jakarta.
Saya menyimpulkan
bahwa sikap Wakil Gubernur baru kita ini adalah yang dinanti-nantikan oleh
warga Jakarta, yang adil, bijaksana ,dan memihak pada rakyat kecil. Memang
masih terlalu dini bicara seperti itu hanya waktu yang dapat menjawab semua
itu. Kita sebagai warga Jakarta hanya bisa melihat , perubahan apa yang akan
terjadi selama 5 tahun kedepan. Yang pasti , yang saya tahu hanya satu, warga
Jakarta tidak menginginkan janji tapi bukti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar